1.
Masalah
sosial
Perkembangan sosial
anak berhubungan dengan
kemampuan anak dalam berinteraksi
dengan teman sebaya,
orang dewasa, atau lingkungan pergaulan
yang lebih luas.
Dengan demikian, permasalahan anak dalam
bidang sosial juga
berkaitan dengan pergaulan
atau hubungan sosial, yang meliputi perilaku-perilaku sebagai berikut.
a. Tingkah
laku agresif
b. Daya
suai kurang
c. Pemalu
d. Anak manja
e. Negativisme
f. Perilaku
berkuasa
g. Perilaku
merusak
2.
Faktor
Penyebab Permasalahan Anak
Terdapat
beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik yang bersifat intrinsik (berasal
dari diri anak
sendiri) maupun ekstrinsik (berasal dari luar diri anak).
Secara umum, faktor-faktor tersebut adalah:
a) pembawaan, yakni
anak dengan semua
keadaan yang ada
pada dirinya;
b)
lingkungan
keluarga, mencakup pola asuh
orang tua, keadaan
sosial ekonomi keluarga, seperti; sikap
orangtua yang overprotected, Sikap membatasi ruang gerak anak sehingga anak
kehilangan kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan sosialisasinya, Sikap
orangtua yang pencela , membandingkan dan mencemooh anak, Mencerminkan
penolakan terhadap keberadaan anak apa adanya , Pola asuh yang otoriter, Memacu
perilaku anti social pada anak.
c) lingkungan
sekolah, meliputi cara
mengajar guru, proses
belajar mengajar, alat bantu, kurikulum, dan lain-lain); serta sempitnya
kesempatan bergaul dengan anak lain
d) masyarakat, mencakup pergaulan, norma, adat
istiadat, dan lain-lain.
3.
Ciri yang muncul pada anak
bermasalah :
a. Menunjukkan kekhawatiran dan
kecemasan yang berlebihan
b. Sering tampak depresi dan jarang
tersenyum atau bercanda
c. Suka mencuri benda-benda kecil
walaupun sering dihukum
d. Sering tenggelam dalam lamunan
e. Sering bertengkar dengan anakyang
lebih kecil
f. Merasa dipermalukan tidak adil
g. Sangat cemas terhadap penampilan
diri
h. Tidak mampu mengubah tingkah
lakuyang salah
i.
Suka berbohong
j.
Sulit mengambil keputusan
k. Melawan setiap bentuk otoritas
l.
Ngompol yang berkelanjutan
m. Berkata atau mengancam mau bunuh
diri
n. Sering merusak
o. Membadut untuk menarik
perhatian
p. Menyalahkan orang lain atau
mencari alasan bila ditegur
q. Suka mengadu untuk mendapat
perhatian orang dewasa
4.
Jenis-
jenis masalah sosial emosional pada anak
Permasalahan
sosio-emosional yang terjadi pada anak-anak
usia dini/taman kanak-kanak termasuk
permasalahan psikologis. Permasalahan sosio-emosional anak
juga berasal dari dalam dirinya dan berhubungan dengan orang lain. Masalah-masalah
sosio-emosional anak usia dini/ taman kanak-kanak
antara lain:
a.
Sukar berhubungan dengan orang lain, seperti takut pada orang dewasa selain orang yang sudah dikenalnya, kemudian
takut sekolah yang dimungkinkan anak takut dengan guru
atau belum siap berpisah dari orang tuanya.
b.
Mudah menangis.
c.
Sering membangkan jika keinginannya tidak dituruti.
d.
Tidak mau bergaul dengan temannya.
e.
Mau menang sendiri.
f.
Belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis
kelamin.
g.
Belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan yang ada.
h.
Kalau pembicaraan /
perilaku anak menyebabkan ia tidak populer diantara teman-teman sebayanya, ia
tidak hanya akan merasa kesepian tetapi lebih penting lagi ia kurang mempunyai
kesempatan untuk belajar berprilaku sesuai dengan harapan teman-teman sebayanya.
Pembicaraan / perilaku yang secara sosial tidak diterima akan menjadi kebiasaan
dan kemungkinan untuk memperoleh pengakuan sosial makin lama akan berkurang.
i.
Anak yang secara keras
dipaksa untuk bermain sesuai dengan seksnya akan bertindak secara berlebihan
dan menjengkelkan teman-teman sebayanya. Misalnya anak laki-laki berusaha untuk
sangat bersikap jantan dan agresif dalam bermain sehingga terjadi pertentangan
dengan teman-teman dan akibatnya ia ditolak oleh kelompok.
j.
Sebagai akibat
perlakuan teman-teman sebayanya, anak mungkin dan sering kali mengembangkan
sikap sosial yang tidak sehat. Anak yang mempunyai perkembangan sosial awal
yang kirang baik sehubungan dengan ras/jenis kelamin/ karena lebih muda dari
anak-anak lain, menyimpulkan bahwa ia tidak menyukai orang-orang. Anak
menghindari kontak dengan orang dirumah . dengan melakukan hal ini anak tidak
saja kekurangan pengalaman sosial yang baik, tetapi juga kekurangan kesempatan
untuk belajar berprilaku secara sosial.
k.
Penggunaan teman
khayalan dan binatang peliharaan untuk mengimbangi kuangnya teman. Mempunyai
teman khayalan hanyalah penyelesaian sementara saja terhadap masalah anak
kesepian, tetapi dengan demikian sosialisasi anak sangat sedikit. Hewan
peliharaan yang dianggap sesuai untuk anak biasanya sangat jinak sehingga dapat
menerima setiap bentuk perlakuan anak tanpa potes. Ini mendorong anak bersikap
agresif.
l.
Dorongan orang tua
untuk lebih banyak mengunakan waktu dengan anak-anak lain dan tidak terlalu
banyak menghabiskan waktu sendiri.
m.
Agresivitas
Agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan tindakan kekerasan secara fisik, verbal maupun dengan menunjukkan ekspresi
wajah dan gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan
(Rita Eka Izzaty:2005). Perilaku agresif biasa ditunjjukan untuk mencapai tujuan tertentu
bisa berupa pembelaan diri atau untuk meraih keunggulan dengan cara membuat
lawan tidak berdaya.
Sasaran
perilaku agresif ini bisa diberikan
kepada pendidik, teman bahkan
dilampiaskan pada bangunan
misalnya memukul dinding atau menendang
benda. Sasaran lainnya bisa juga berupa
mengganggu proses belajar atauupun mengganggu kegiatan lain yang sedang berlangsung. Perilaku agresivitas
ini
tidak
hanya
merugikan pelaku sendiri,
tetapi juga bisa merugikan anak-anak
lain atau orang lain disekitarnya. Menurut Rita Eka Izzaty
(2005:106) perilaku agresif ada yang wajar dan ada yang tidak wajar. Perilaku
agresif yang dikategorikan wajar apabila agresivitas tersebut sebagai pelampiasan emosi dan hambatan psikologis yang berlebihan dan tidak sehat. Perilaku agresif yang dikategorikan tidak wajar apabila perilaku
tersebut menetap bahkan sampai mengganggu lingkungannya.
n.
Kecemasan
Kecemasan
merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subyektif
dan
rangsangan
fisiologis,
misalnya bernafas lebih cepat, jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin (Ollendick, dalam Rita Eka Izzaty:2005). Kecemasan ini timbul pada situasi sebagai reaksi emosi sementara
yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman.
Pada umumnya kecemasan pada anak-anak usia
dini/taman kanak-kanak
berangsur-angsur akan berkurang
seiring bertambahnya usia anak. yang dialami anak-anak Taman Kanak-
kanak ditunjukkan dengan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang timbul ketika diri merasa tidak aman. Gejala ini disebabkan
antara lain karena perilaku orang tua yang terlalu protektif dan
kurang bersosialisasi dengan
lingkungan disekitarnya.
o.
Keberbakatan
(Giftedness)
Keberbakatan atau biasa disebut anak berbakat
merupakan sebutan bagi anak yang memiliki kemampuan luar biasa pada hampir semua bidang, mempunyai
kreativitas tinggi serta bertanggung jawab pada tugas. Keberbakatan ini menjadi permasalahan
bagi anak itu sendiri maupun bagi pendidik.
Permasalahan anak berbakat tersebut jika diatasi
sejak
dini
akan
menguntungkan semua pihak.
Potensi
anak
akan tersalurkan dan
semakin berkembang, sementara
anak-anak lain yang kemampuannya dibawah
anak berbakat juga tidak dirugikan.
Keberbakatan mempunyai definisi
yang bersifat multidimensional, digambarkan bahwa anak berbakat sebagai anak yang menunjukkan prestasi tinggi hampir
dalam semua kecerdasan majemuk.
5.
Cara
Mengidentifikasi Permasalahan Anak
Mengidentifikasi permasalahan
anak diartikan sebagai
upaya menemukan
gejala-gejala yang tampak
pada penampilan dan
perilaku anak dalam memperkirakan
penyebab masalah hingga
bentuk bantuan yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya.
Berbagai cara
dapat dilakukan orang
tua dan guru
untuk mengetahui apakah anak mengalami permasalahan atau tidak.
Cara-cara tersebut secara umum dibagi dua, yakni melalui tes dan non tes.
a) Tes
Tes merupakan salah
satu alat bantu
yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan
anak yang bersifat
standar/baku. Bentuk tes ini
dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau
tugas –tugas yang harus
dijawab atau dikerjakan
anak serta dibatasi
oleh waktu. Di antara beragam jenis tes yang banyak
dipergunakan, di antaranya adalah: tes bakat;
inteligensi; prestasi;
diagnostik; dan lain-lain.
b) Non-tes
Teknik
non tes biasanya
dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak
dengan cara mengamati penampilan
serta perilaku anak dalam
aktivitas kesehariannya sehingga
cenderung lebih fleksibel bila dibandingkan
dengan teknik tes. Di
samping itu, dipergunakan
pula kumpulan hasil karya dan pekerjaan anak selama periode waktu
tertentu. Beberapa macam teknik non-tes yang populer, di antaranya adalah: observasi; wawancara; angket;
portofolio; catatan anekdot;
daftar cek; skala penilaian;
sosiometri; angket; tugas kelompok; dan lain-lain.
6.
Langkah-langkah
dan Teknik Penanganan Masalah
Langkah-langkah Penanganan masalah
Penanganan masalah anak
dapat dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi kasus,
yakni upaya untuk
menandai subjek (anak)
yang diperkirakan mengalami masalah.
b. Identifikasi
masalah, yakni upaya mengetahui inti
permasalahan yang dihadapi anak.
c. Diagnosis, merupakan
langkah untuk mengidentifikasi karakteristik serta faktor penyebab masalah
yang dialami anak.
d. Prognosis,
merupakan langkah untuk
merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai dengan karakteristik
permasalahan yang dialami.
e. Treatment,
merupakan upaya pemberian bantuan itu sendiri.
f. Tindak lanjut,
dilakukan sebagai bentuk
evaluasi terhadap upaya pemberian bantuan
yang telah dilakukan
serta kemungkinan penggunaan
langkah-langkah berikutnya.
7.
Teknik
Penanganan Masalah
Pada
hakikatnya, tidak ada
satu pun teknik
yang efektif untuk menangani permasalahan
anak yang berbeda-beda. Penggunaan suatu teknik
akan bergantung kepada
karakteristik anak, jenis
permasalahan, kemampuan serta keterampilan pemberi bantuan, serta faktor
feasibilitas-nya. Di antara berbagai
teknik yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk membantu menangani
permasalahan anak adalah sebagai berikut. Latihan, Permainan, Saran dan nasihat, Pengkondisian (conditioning), Model dan peniruan (modeling and imitation)
Konseling.
8.
Syarat
Menangani Permasalahan Anak
Orang
tua dan guru
merupakan model bagi
anak. Untuk dapat membantu menangani permasalahan
anak dengan tepat,
orang tua dan guru diharapkan memiliki beberapa karakteristik
sebagai persyaratannya. Beberapa karakteristik di
yang dapat membantu mempermudah orang tua dan guru dalam menangani
permasalahan yang dihadapi anak antara lain: Kesabaran, Penuh kasih sayang, Penuh perhatian, Ramah,
Toleransi terhadap anak , Empati , Penuh kehangatan, Menerima anak apa
adanya, Adil ,Dapat memahami perasaan
anak , Pemaaf terhadap anak , Menghargai anak , Memberi kebebasan terhadap anak,. Menciptakan
hubungan yang akrab dengan anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim Redaksi Puspa Swara. 2001. Mengatasi Problema Psikologis Balita.
Jakarta : Pupa Swara.
Rosemini. A. Prianto. 2003. Perilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya. Yogya : Kanisius.
Rosemini. A. Prianto. 2003. Perilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya. Yogya : Kanisius.
Dra. Rosmala Dewi, M.Pd.Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Departemen
Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. Jakarta 2005
prof.Dr.H.Djalil.
2011. Psikologi pendidikan. Jakarta. Bumi aksara
Sumber
: P.Dini, Sari Daeng. 1996. Metoda mengajar di Taman Kanak-kanak. Depok:
Depdikbud
Sumber
: Sri Mulyanti, perkembangan psikologi
anak, Yogyakarta : Laras Media Prima, 2013
0 Response to "MASALAH SOSIAL ANAK USIA DINI"
Post a Comment