Pengertian CTL
Kata
kontekstual berasal dari kata Context yang
berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan konteks”. Sehingga Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang
berhubungan dengan suasana tertentu.
Secara umum contextual mengandung arti yang berkenan, relevan, ada
hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna
dan kepentingan.
Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu
pendidikan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam
kehidupan mereka. (Imam Mujahid, 2005:3)
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007) CTL
(Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dan situasi dunia nyata siswa.
Kesimpulannya:
Model
pembelajaran contextual learning ini adalah
model pembelajaran dimana anak menemukan sendiri materi pembelajarannya dengan
cara terlibat langsung dengan proses pembelajaran, kemudian anak mengkaitkannya
dengan situasi kehidupan nyata. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator
bukan pemberi materi secara penuh.
Rangkaian Sintaksis atau ilmiah ctl
1. Konstruktivistik
yaitu, membangun pengetahuan dengan cara sedikit demi sedikit dan
hasilnya diperluas melalui konteks terbatas (sempit);
2. Menemukan (inquiry),
yaitu bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri,
siklus inquiry adalah observasi (pengamatan), mengajukan dugaan (hypothesis),
pengumpulan data (data gathering), dan menyimpulkan;
3. Bertanya (questioning),
yaitu bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
memiliki kemampuan berpikir siswa, sedang bagi siswa kegiatan bertanya untuk
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menyerahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat diterapkan antara
siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang baru
yang didatangkan di kelas;
4. Masyarakat belajar
(learning community), konsep ini menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Untuk itu guru disarankan
selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar;
5. Pemodelan (modeling),
maksudnya dalam sebuah pembelajaran model yang bias ditiru. Guru member model
(contoh) tentang bagaimana belajar, namun guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau dapat juga dengan
mendatangkan dari luar seperti mendatangkan seorang tokoh kedalam lingkungan
belajar siswa;
6. Refleksi (reflection),
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan yang kemudian kuncinya adalah bagaimana
pengetahuan itu mengendap di benak siswa;
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment), adalah proses pengumpulan sebagai data yang bias memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa.
Kelebihan model CTL
•Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif
dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme
siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
•Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar
dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi– strategi mereka
sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan
apa yang diterapkan semula.
kecocokan Materi Contextual Teaching Learning CTL di PAUD
Kecocokan model
Contextual learning ini pada pembelajaran di PAUD yaitu anak belajar secara
langsung dan beberapa komponen CTL ini bisa dikaitkan dengan metode pembelajaran di PAUD:
- 1.peran anak lebih aktif dengan cara bertanya sesuai dengan metode pembelajaran di PAUD yaitu metode tanya jawab.
- 2.Pada komponen CTL ada inquiry (menemukan) bagian tersebut sesuai dengan metode eksperimen
- 3.Pada komponen learning Community cocok dengan metode diskusi.
- 4.Pada komponen pemodelan cocok dengan metode demonstrasi, kemudian pada refleksi sama seperti recalling di TK dimana anak mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan hari ini.
- 5.Pada komponen ke tujuh ada penilaian sebenarnya (autentic) hal itu sama dengan penilaian yang ada di PAUD yaitu autentic (sebenarnya) dan Holistik (menyeluruh)
Selain itu CTL ini banyak dipengaruhi oleh oleh filsafat
konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk
karena pengalaman. Misalnya, berkat pengalamannya seorang anak memiliki skema
tentang burung merpati sebagai binatang yang bersayap dan bisa terbang.
Sehingga, ia akan mengatakan setiap binatang yang memiliki sayap adalah burung,
dan setiap burung pasti dapat terbang. Selanjutnya, proses asimilasi terbentuk,
ketika ia melihat burung-burung yang lain yang sama-sama bisa terbang misalnya
burung yang lebih kecil dari burung merpati yaitu burung pipit dan burung yang
lebih besar seperti burung elang
Dengan demikian, ia akan
menyempurnakan skema tentang burung yang telah dibentuknya, bahwa burung itu
ada yang besar , dan ada yang kecil. Kemudian, proses akomodasi akan terbentuk,
misalnya ketika anak tersebut melihat seekor ayam. Ayam memiliki sayap seperti
burung, akan tetapi ayam tidak dapat terbang. Sehingga ia akan membuat skema
baru bahwa tidak semua binatang bersayap itu dapat terbang. Demikianlah, selama
hidupnya seseorang akan memperbaiki dan menyempurnakan skema-skema yang telah
terbentuk. berdasarkan hal di atas menambah penguatan bahwa CTL ini cocok
digunakan untuk anak usia dini.
Simulasi Pembelajaran Berbasis CTL di TK
Tema: Tanaman
Sub Tema: Tanaman Hias
Alat dan bahan: bunga
segar dan layu, air, ember, pupuk.
Kegiatan: merawat
tanaman
Langkah-langkah
kegiatan:
1.Guru memperlihatkan
bunga segar pada anak, kemudian anak diminta menyebutkan bagian-bagian bunga.
2.Guru memperlihatkan
bunga layu kemudian anak yang aktif bertanya tentang bunganya. Kemudian guru
menanyakan apa perbedaan kedua bunga tersebut,
3.Guru dan anak
mendiskusikan apa penyebab bunga yang satu segar dan yang satunya layu,
bagaimana cara agar bunga tumbuh segar dan sehat, dan bagaimana cara merawatnya
4.Anak melakukan kegiatan
merawat tanaman bunga di sekolah seperti membersihkan rumput liar disekitar
bunga, memberi pupuk dan menyiramnya secara berkelompok.
0 Response to "Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning untuk Anak Usia Dini"
Post a Comment