STRUKTUR
SOSIAL
A. Pengertian
Secara harfiah, struktur bisa diartikan
sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula
struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial
adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial
dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal.
Pengertian
struktur sosial menurut para ahli sosiologi :
George Simmel: struktur sosial adalah
kumpulan individu serta pola perilakunya.
George C. Homans: struktur sosial
merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam
kehidupan sehari-hari.
William Kornblum: struktur sosial adalah
susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.
Soerjono Soekanto: struktur sosial
adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
Raymond Flirt : struktur sosial
merupakan suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang
terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga dimana orang banyak
tersebut ambil bagian.
E.R. Lanch : struktur sosial
adalah cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara individu dan kelompok
sosial
Coleman : Pola hubungan antar manusia
dan antarkelompok manusia
Kornblum : Pola perilaku individu dan
kelompok, yaitu perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan
antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat
CIRI-CIRI
STRUKTUR SOSIAL
1.
Struktur social mengacu pada struktur
social yang pokok yang dapat memberi dasar pada masyarakat,memberikan
batas-batas pada aksi-aksi yang kemungkinan besar dilakuakn secara organisatoris.
2.
Struktur social mencangkup semua
hubungan social antar individu pada saat tertentu.
3.
Struktur social mencangkup semua
kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang teoritis.
4.
Struktur social merupakan realitas
social yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku, sehingga dapat dilihat
dari berbagai bagian tubuhnya yang berbentuk struktur.
5.
Struktur merupakan tahapan perubahan dan
perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu pertamadi dalam
struktursosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan
dan perkembangan. Kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut
terdapat tahapan perhentian stabilitas, keteraturan dan integrasi social yang berkesinambungan
sebelum kemudian terancam proses ketidak puasan dalam tubuh masyarakat.
Dari ciri-ciri diatas Abdulsyani (1994:70)
menyimpulkan bahwa struktur social adalah suatu tatanan social dalam kehidupan masyarakat yang merupakan
jarinagn daripada unsure-unsur social yang pokok.
Menurut soejono soekanto (dalam
Abdulsyani 1994:70), unsure-unsur social yang pokok itu adalah:
a.
Kelompok social
b.
Kebudayaan
c.
Lembaga social
d.
Stratifikasi social
e.
Kekuasaan dan wewenan
B. Unsur-unsur pokok dari struktur
social untuk masyarakat
1. Kelompok sosial
Wila Huky (abdulsyani, 1994:99) Kelompok
merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi atau saling berkomunikasi.
Menurut Huky ada beberapa ciri dasar dari
suatu kelompok, antara lain:
1.
Kelompok selalu terdiri dari paling sedikit dua orang dan dapat bertambah lebih
dari itu
2.
Di antara para anggotanya terdapat interaksi dan komunikasi
3.
Komunikasi dan interaksi yang terjadi harus bersifat timbal balik
4.
Kelompok-kelompok itu bisa sepanjang hidup atau jangka panjang, namun juga
dapat bersifat sementara atau jangka pendek.
5.
Pengalaman kelompok manusia adalah unik. Dikatakan seperti itu karena meskipun
dalam kehidupan binatang juga terjadi kelompok-kelompok, namun kelompok yang
mereka bentuk tidak ada kelanjutan kebudayaan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
6.
Terdapat minat dan kepentingan bersama
7.
Pembentukan kelompok dapat berdasarkan pada situasi yag beraneka-ragam, di mana
dalam situasi itu manusia dituntut untuk bersatu.
Menurut
Abdul Syani (1987), ada sejumlah sistem yang dapat menyebabkan kelompok
dikatakan berstruktur, yaitu:
1.
Adanya sistem dari status-status para anggotanya, seperti sebuah organisasi
pemuda yang memiliki susunan pengurus yang sifatnya hierarki
2.
Terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam mempertahankan
kehidupan kelompoknya
3.
Terdapat peranan-peranan sosial (social
role) yang merupakan aspek dinamis dari struktur
Proses Terbentuknya Kelompok Sosial
Menurut
Abdul Syani (1987), ada sejumlah sistem yang dapat menyebabkan kelompok
dikatakan berstruktur, yaitu:
1.
Adanya sistem dari status-status para anggotanya, seperti sebuah organisasi
pemuda yang memiliki susunan pengurus yang sifatnya hierarki
2.
Terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam mempertahankan
kehidupan kelompoknya
3.
Terdapat peranan-peranan sosial (social
role) yang merupakan aspek dinamis dari struktur
Macam-macam Kelompok Sosial
1.
Kelompok Kekerabatan
Dalam
kehidupan masyarakat yang masih sederhana atau paling tidak kelompok yang
memiliki jumlah anggota terbatas, biasanya hubungan antara masing-masing
anggotanya saling mengenal secara mendalam. Yang menjadi dasar kekuatan ikatan
kelompok semacam ini adalah sistem kekerabatan; terdiri dari anggota keluarga,
termasuk pula atas dasar persamaan pekerjaan atau status sosial dalam
masyarakat. Keanggotaan kelompok masing-masing mempunyai prestise tertentu sesuai
dengan adat-istiadat yang berlaku.
Ukuran yang paling utama dalam kelompok ini adalah bahwa individu lebih
dekat dengan kehidupan keluarga, tetangga atau individu lain yang dianggap
dapat berfungsi membina kerukunan-kerukunan sosial dalam kehidupan mereka. Ciri
yang lain adalah bahwa kelompok ini kadang-kadang bersifat pamrih, maksudnya
adalah merasa tidak enak apabila tidak membalas kebaikan yang dilakukan orang
lain terhadapnya.
2.
Kelompok utama dan kelompok sekunder
Sering
disebut sebagai primary-group dan secondary group. Secara sosiologis
kelompok ini sering disebut sebagai we
feeling, di mana perasaan memiliki anggota terhadap kelompoknya sangat
besar.
Menurut
Charles Horton Cooley, primary group
adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri saling mengenal antara
anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Tujuan individu
menjadi tujuan kelompok. Menurut C.H.Cooley ada beberapa syarat kelompok
primer, yaitu:
a.
Anggota-anggota kelompo secara fisik berdekatan satu sama lainnya
b.
Jumlah anggota kelompok tersebut sedikit
c.
Hubungan antara anggota kelompok bersifat langgeng. Teori ini didasarkan pada
kondisi masyarakat tertentu yang bersifat statis.
Kelompok
sekunder adalah kelompok yang memiliki anggota yang lebih banyak, tidak selalu
mengenal, tidak langsung fungsional, rasional dan lebih ditujukan kepada tujuan
pribadi. Sifat kelanggengan hubungan bersifat sementara.
Berikut
ini adalah beberapa perbedaan antara kelompok primer dengan kelompok sekunder:
Kelompok
primer
|
Kelompok
sekunder
|
· Jumlah anggota sedikit, kurang
dari 30 anggota
|
v Jumlah anggota banyak, lebih dari
30 orang
|
· Hubungan bersifat pribadi dan
akrab
|
· Hubungan bersifat tidak pribadi
dan jauh antara sesama anggota
|
· Komunikasi tatap muka sering
terjadi
|
· Komunikasi tatap muka jarang
terjadi
|
· Bersifat permanen, para anggota
berada bersama dalam waktu yang lebih lama
|
· Bersifat temporer, para anggota
berada bersama-sama dalam aktu yang relative singkat
|
· Para anggota saling mengenal
secara baik dan mempunyai perasaan loyalitas atau we feeling yang kuat
|
· Anggota tidak saling mengenal
secara baik
|
· Bersifat informal
|
· Bersifat lebih formal
|
· Keputusan dalam kelompok bersifat
tradisional dan kurang rasional
|
· Keputusan dalam kelompok lebih
rasional dan menekankan pada efisiensi
|
3.
Gemeinschaft
dan Gesellschaft
Gemeinschaft dan Gesellschaft adalah pokok pikiran yang diciptakan oleh Ferdinand
Tonnies. Gemeinschaft adalah bentuk
kehidupan bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni,
bersifat alamiah dan kekal. Bersifat organis. Bentuk kelompok ini dapat
dijumpai di masyarakat pedesaan atau pada masyarakat yang masih tergolong
sederhana. Gemeinschaft mempunyai
beberapa ciri pokok, yaitu:
a.
Intimate, artinya hubungan menyeluruh
yang mesra sekali
b.
Private, artinya hubungan pribadi
khusus untuk beberapa orang saja
c.
Exclusive, artinya bahwa hubungan
tersebut hanyalah untuk kita saja dan tidak untuk orang-orang lain di luar
kita.
Tonnies (
dalam soekanto, 2012: 118) mengatakan bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada
salah satu di antara tiga kelompok Gemeinschaft,
yaitu:
a.
Gemeinschaft by blood, didasarkan
pada ikatan darah atau keturunan. Contoh keluarga, kelompok kekerabatan
b.
Gemeinschaft of place, terdiri dari
orang-orang yang berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling
tolong-menolong. Contoh Rukun Tetangga, Rukun Warga
c.
Gemeinschaft of mind, terdiri dari
orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat
tinggalnya tidak berddekatan, akan tetapi mereka mempunyai hubungan jiwa dan
pikiran yang sama, karena ideology yang sama.
Sedangkan Gesellschaft adalah kelompok yang
didasari oleh ikatan lahiriah yang jangka waktunya hanya terbatas. Bersifat
mekanis. Gemeinschaft berbeda dengan Gesellschaft. Perbedaannya adalah sbb:
Gemeinschaft
|
Gesellschaft
|
Personal
(berkepribadian jelas)
|
Impersonal
(kurang berkepribadian jelas)
|
Informal
|
Formal
|
Tradisional
|
Nilai
guna (utilitarian)
|
Sentimental
|
Realistic
|
Umum
|
Khusus
|
4.
Kelompok formal dan kelompok informal
Kelompok
formal adalah kelompok-kelompok yang sengaja diciptakan dan didasarkan pada
aturan-aturan yang tegas. Aturan-aturan yang dimaksudkan sebagai sarana untuk
mengatur hubungan antar anggotanya di dalam setiap usaha mencapai tujuannya.
Status-status yang dimiliki oleh anggotanya diatur pula sesuai dengan
pembatasan tugas dan wewenangnya. Contohnya adalah instansi pemerintah,
perguruan tinggi, dll.
Kelompok
informal adalah kelompok-kelompok yang terbentuk karena kuantitas pertemuan
cukup tinggi dan berulang-ulang. Setiap pertemuan dilakukan atas dasar
kepentingan dan pengalaman masing-masing yang relative sama. Dalam kelompok
informal terdapat juga klik (qliques),
yaitu kelompok yang terikat kuat atas dasar persahabatan atau kepentingan
bersama dan mempunyai perasaan kelompok yang sangat kuat.
5.
Membership group dan Reference group
Menurut
Robert K.Merton, bahwa Membership group
merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok
tersebut. Mempunyai kepentingan yang sama, dan lain-lain.
Reference group adalah kelompok social yang
dijadikan sebagai perbandingan seseorang yang bukan sebagai anggotanya. Secara
umum kelompok referensi merupakan kelompok yang menurut pandangan seseorang
mengakui, menerima, dan mengidentifikasikan dirinya tanpa harus menjadi
anggotanya.
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengutip pendapat Robert K.Merton, bahwa ada
dua tipe umum dari Reference Group,
yaitu:
a.
Tipe normatif (normative type) yang
menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Tipe ini merupakan sumber
nilai-nilai bagi individu-individu baik yang menjadi anggota maupun yang bukan
anggota kelompok tersebut. Misalnya seorang anggota Angkatan Bersenjata
berpegang teguh terhadap tradisi yang telah dipelihara oleh para veteran.
b.
Tipe perbandingan (comparison type) yang merupakan suatu pegangan bagi individu
di dalam menilai kepribadiannya. Tipe ini merupakan perbandingan untuk memberi
kedudukan seseorang, misalnya status ekonomi seseorang dibandingkan dengan
status ekonomi orang lain yang semasyarakat.
2.
Lembaga
sosila atau institusi social
3.
Pengertian Lembaga Sosial
4. Pengertian istilah lembaga sosial
dalam bahasa Inggris
adalah social institution, namun social institution juga
diterjemahkan sebagai pranata sosial
[2].
Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku
para anggota masyarakat.[3].
Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial merupakan sistem tata
kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat. [3].
Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan norma khusus
yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.[3]
5. Istilah lain yang digunakan adalah bangunan
sosial
yang diambil dari bahasa Jerman sozialegebilde dimana menggambarkan dan susunan institusi
tersebut. [4].
6.
Perkembangan Lembaga Sosial
7. Terbentuknya lembaga sosial bermula
dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan
bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono Soekanto lembaga
sosial tumbuh karena manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan.[5]
Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan norma-norma dalam
masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.
8. Mula-mula sejumlah norma tersebut
terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama-kelamaan norma tersebut dibuat
secara sadar. Contoh:
Dahulu di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan. Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus mendapat bagiannya, di mana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli ataukah penjual.
Dahulu di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan. Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus mendapat bagiannya, di mana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli ataukah penjual.
9. Sejumlah norma-norma ini kemudian
disebut sebagai lembaga sosial. [5]
Namun, tidak semua norma-norma
yang ada dalam masyarakat merupakan lembaga sosial karena untuk menjadi sebuah
lembaga sosial sekumpulan norma mengalami proses yang panjang. [6]
10.
Menurut
Robert M.Z. Lawang proses tersebut
dinamakan pelembagaan atau institutionalized, yaitu proses bagaimana
suatu perilaku
menjadi berpola atau bagaimana suatu pola perilaku yang mapan itu terjadi.[6]
Dengan kata lain, pelembagaan adalah suatu
proses berjalan dan terujinya sebuah kebiasaan dalam masyarakat menjadi institusi/
lembaga yang akhirnya harus menjadi paduan dalam kehidupan
bersama.[6]
Soekanto (dalam abdulsyani 1994:77)
bahwa tumbuhnya lembaga social oleh karena manusia dalam hidupnya memerlukan
keteraturan, maka dirumuskanlah norma-norma. Pada awalnya norma tersebut terbentuk
karena tidak sengaja, namun lama kelamaan dibuat sadar.
Fungsi Lembaga Sosial
·
Menurut
Soekanto (dalam abdulsyani 1994: 79),
lembaga sosial memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman pada
anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bersikap atau bertingkah
laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau berkembang di lingkungan
masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang
bersangkutan
3. Memberikan pengarahan kepada
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, yaitu sistem pengawasan
masyarakat terhadap anggota-anggotanya.[6]
·
Menurut
Horton dan Hunt, fungsi lembaga sosial adalah:
1. Fungsi Manifes atau fungsi nyata
yaitu fungsi lembaga yang disadari dan di akui oleh seluruh masyarakat
2. Fungsi Laten atau fungsi terselubung
yaitu fungsi lembaga sosial yang tidak disadari atau bahkan tidak dikehendaki
atau jika di ikuti dianggap sebagai hasil sampingan dan biasanya tidak dapat
diramalkan.
3.
Kaidah atau norma social
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang
diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma
dengan produk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma
diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang
berperilaku.
Proses terbentuknya norma
Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki
ketergantungan dengan manusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok,
baik kelompok komunal maupun kelompok materiil.
Kebutuhan yang berbeda-beda, secara
individu/kelompok menyebabkan benturan kepentingan. Untuk menghindari hal ini maka
kelompok masyarakat membuat norma sebagai pedoman perilaku dalam menjaga
keseimbangan kepentingan dalam bermasyarakat.
Tingkatan
penegakan dalam norma
·
Pelanggaran
norma yang dikenakan Sanksi hukum, biasanya termasuk penegakan hukum.
·
Pelanggar
norma yang diterapkan dianggap eksentrik atau tak normal
(perilaku diluar kebiasaan).
·
Perilaku
lainnya diluar norma tidak diakui. Norma-norma telah di asumsikan lebih dahulu,
dan seringkali pada tingkat ekstrem dimana pada setiap penentangan norma bisa
memprovokasi stigma atau sangsi.
Contoh:
Contoh:
Kata orang tua
seringkali diasumsikan bahwa seseorang itu telah menikah.
Pada pasangan yang
telah menikah (suami-istri) selalu dianggap bahwa pasangan tersebut akan
memiliki atau menginginkan anak.
Macam macam norma berdasarkan kekuatan mengikatnya
|
Norma
dalam Masyarakat
|
·
Cara (usage)
·
Kebiasaan (Folkways)
·
Tata kelakuan (mores)
·
Adat istiadat (custom)
|
|
4. Stratifikasi
social
Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi,
stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial
menurut para ahli:[1]
a. Pitirim A. Sorokin :Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)
b. Max Weber: Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber: Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola
yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda
d. Drs.
Robert. M.Z. Lawang : Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
Sistem stratifikasi sosial dalam
masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat tertutup.
Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat
berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha
tertentu. Misalnya seorang yang berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan
dapat menjadi tokoh agama jika ia mampu meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya. Seorang anak
buruh tani dapat mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi
presiden sekalipun, apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk
itu. Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai status
presiden. Dengan demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka,
setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan
kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun
status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem
stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota
masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem
stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai
cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat
pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam
masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada
status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau
keturunan.
Ciri-ciri sistem stratifikasi tertutup
1. Status ditentukan oleh keturunan dasar
2. Status keturunan tidak dapat diubah
3. Hubungan ditentukan atas kesamaan status
4. Harga diri merupakan pandangan hidup
C. Hubungan
antara proses social dengan Struktur social dan aplikasinya dalam dunia
pendidikan
Hubungan
proses social dan struktur social adalah karena struktur social merupakan
landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat, artinya proses sosial yang
terjadi dalam suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur sosialnya.
d. Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat, artinya struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
d. Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat, artinya struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
Sedangkan aplikasi dari sturktur soial
dalam pendidikan adalah dapat mengatur pelaksanaan pendidikan secara
terorganisasi, dimana dalam sebuah pendidikan contohnya sekolah terdapat kepala
sekolah, wakil kepsek, guru, dan murid. Dimana mereka memiliki fungsi dan
tanggung jawab masing-masing sehingga proses pembelajran dapat telaksana dengan
baik.
Sumber materi:
Abdulsyani.
1994. Sosiologi: Skematika, Teori, dan
Terapan. Bandar Lampung: Bumi Aksara
soekanto, soejono. 2012.sosiologi suatu
pengantar.Jakarta:PT raja grafindo persada
0 Response to "RESUME Sosiologi pendidikan “struktur Sosial”"
Post a Comment