KARAKTERISTIK
SISWA ATAU AUD DENGAN TUJUAN PEMBELAJARAN
A.KARAKTERISTIK
AUD
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undang-undang
Sisdiknas
tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur
(2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Anak usia dini memiliki karakteristik
yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang
dengan banyak cara dan berbeda. Kartini Kartono (1990: 109) menjelaskan bahwa
anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut :
·
Bersifat egosentris naif,
· Mempunyai relasi
sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif,
· Ada kesatuan
jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas,
· Sikap hidup yang
fisiognomis, yaitu anak secara langsung membertikan atribut/sifat lahiriah atau
materiel terhadap setiap penghayatanya.
Pendapat lain tentang karakteristik
anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-9) sebagai berikut:
1)
memiliki rasa ingin tahu yang besar,
2)
merupakan pribadi yang unik,
3)
suka berfantasi dan berimajinasi,
4)
masa potensial untuk belajar,
5)
memiliki sikap egosentris,
6)
memiliki rentan daya konsentrasi yang
pendek,
7)
merupakan bagian dari mahluk sosial.
Sementara itu, Rusdinal (2005: 16)
menambahkan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut:
1.
anak pada masa praoperasional, belajar
melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat,
2.
anak suka menyebutkan nama-nama benda
yang ada disekitarnya dan mendefinisikan kata, 3. anak belajar melalui bahasa
lisan dan pada masa ini berkembang pesat,
3.
anak memerlukan struktur kegiatan yang
lebih jelas dan spesifik.
Secara lebih rinci, Syamsuar Mochthar
(1987: 230) mengungkapkan tentang
karakteristik
anak usia dini, adalah sebagai berikut:
A.
Anak usia 4-5 tahun
·
Gerakan lebih terkoordinasi
·
Senang bernain dengan kata
·
Dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas
dengan hati-hati
·
Dapat mengurus diri sendiri
·
Sudah dapat membedakan satu dengan banyak
B.
Anak usia 5-6 tahun
·
1). Gerakan lebih terkontrol
·
2). Perkembangan bahasa sudah cukup baik
·
3). Dapat bermain dan berkawan
·
4). Peka terhadap situasi sosial
·
5). Mengetahui perbedaan kelamin dan status
·
6). Dapat berhitung 1-10
Seiring
dengan pendapat diatas, Snowman (1993) yang dikutip oleh Patmonodewo (2000)
anak usia prasekolah atau TK memiliki sejumlah ciri yang dapat dilihat dari
aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.
1.
Ciri fisik
- Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Anak pada usia ini sangat menyukai kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Kegiatan mereka yang dapat diamati adalah seperti; suka berlari, memanjat dan melompat.
- Anak membutuhkan istirahat yang cukup. Dengan adanya sifat aktif, maka biasanya setelah melakukan banyak aktivitas anak memerlukan istirahat walaupun kadangkala kebutuhan untuk ber-istirahat ini tidak disadarinya.
- Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari control jari dan tangan. Dengan demikin anak usia prasekolah belum bisa me-lakukan aktivitas yang rumit seperti mengikat tali sepatu.
- Sulit memfokuskan pandangan pada objek-objek yang kecil ukurannya sehingga koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.
- Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak sehingga berbahaya jika terjadi benturan keras.
- Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus.
2.
Ciri Sosial
- Anak pada usia ini memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat ini cepat berganti. Penyesuaian diri mereka berlangsung secara cepat sehingga mudah bergaul. Umumnya mereka cenderung memilih teman yang sama jenis kelaminnya, kemudian pemilihan teman berkembang kejenis kelamin yang berbeda.
- Anggota kelompok bermain jumlahnnya kecil dan tidak terorganisir dengan baik. Oleh karena itu kelompok tersebut tidak bertahan lama dan cepat berganti-ganti.
- Anak yang lebih kecil usianya seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar usianya.
- Pola bermain anak usia prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan gender.
- Perselisihan sering terjadi, tetapi hanya berlangsung sebentar kemudian hubungannya menjadi baik kembali. Anak laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku agresif dan perselisihan.
- Anak usia prasekolah telah mulai mempunyai kesadaran terhadap perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan. Dampak kesadaran ini dapat dilihat dari pilihan terhadap alat-alat permainan.
3.
Ciri Emosional
- Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya secara bebas dan terbuka. Ciri ini dapat dilihat dari sikap marah yang sering ditunjukannya.
- Sikap iri hati pada anak usia prasekolah sering terjadi, sehingga mereka berupaya untuk mendapatkan perhatian orang lain secara berebut.
4.
Ciri Kognitif
- Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berrbahasa. Pada umumnya mereka senang berbicara, Khususnya dalam kelompoknya.
- Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.
Banyak teori perkembangan yang dihasilkan oleh
para ahli; suatu teori mempunyai perbedaan dan persamaan dengan teori lainnya
serta terjadinya perubahan dari waktu ke waktu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa karakteristik anak usia dini (siswa) antara
lain:
- Senang bermain
Maksudnya dalam usia yang masih dini anak
cenderung untuk ingin bermain dan
menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos yang dia tahu
hanya bermain maka dari itu agar tidak mengalami masa kecil kurang bahagia anak
tidak boleh dibatasi dalam bermain.
menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos yang dia tahu
hanya bermain maka dari itu agar tidak mengalami masa kecil kurang bahagia anak
tidak boleh dibatasi dalam bermain.
·
Senang bergerak.
Anak senang bergerak maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan
mentalnya anak menjadi hiperaktif lonjak kesana kesini bahkan seperti merasa
tidak capek mereka
tidak mau diam dan duduk saja, menurut pengamatan para ahli anak duduk tenang
paling lama sekitar 15 menit. Oleh karena itu, kita sebagai calon guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Mungkin dengan permaianan, olahraga dan lain sebagainya.
tidak mau diam dan duduk saja, menurut pengamatan para ahli anak duduk tenang
paling lama sekitar 15 menit. Oleh karena itu, kita sebagai calon guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Mungkin dengan permaianan, olahraga dan lain sebagainya.
·
Senang bekerja dalam kelompok
Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai seorang
manusia,
anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan
orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelompok
tertentu untuk bermain.
anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan
orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelompok
tertentu untuk bermain.
·
Senang merasakan/ melakukan sesuatu
secara langsung.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan
konsep
konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasarkan pengalaman ini,
siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,
jenis kelamin, moral, dan sebagainya.
konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasarkan pengalaman ini,
siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,
jenis kelamin, moral, dan sebagainya.
·
Anak sulit memahami isi pembicaraan
orang lain.
Anak susah memahami apa yang telah diberikan guru, disini guru
harus dapat membuat atau menggunakan
metode yang tepat misalnya dengan cara metode ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang telah diberikan
dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan
ceramah yang dimana guru cuma berbicara didepan membuat anak malah tidak
memahami isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
·
Senang diperhatikan
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian
teman atau gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan
berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya.
dilakukan agar orang memperhatikannya.
·
Senang meniru
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering
dia lihat
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang
yang ingin dia tiru tersebut.
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang
yang ingin dia tiru tersebut.
B.TUJUAN
PEMBELAJARAN DI TK
Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang
diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
TUJUAN
PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK
Pendidik
prasekolah bertujuan untuk membantu meletakan dasar kearah perkembangan
sikap,pengetahuan,keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.
Untuk mencapai
tujuan pembelajaran di TK, dibuat suatu program pembentukan prilaku dan program
pengembangan kemampuan dasar. Program pembentukan prilaku merupakan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan anak sehari-hari
TK, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembentukan prilaku melalui
pembiasaan yang dimaksud meliputi: moral
pancasila,agama,perasaan/emosi,kemampuan bermasyarakat dan disiplin.
Program
pengembangan kemampuan dasar adalah kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk
mencapai kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Program kemampuan dasar terseut meliputi: daya cipta,bahasa,daya
piker/asumsi,dan keterampilan. Ketua keterampilan tersebut dapat dicapai
melalui tema-tema yang ditetapkan diambil dari lingkungan terdeat anak.
Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang
makna tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.
·
Magner (1962)
mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta
didik sesuai kompetensi.
·
Dejnozka dan
Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan
spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
·
Kemp dan David E.
Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk
tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran
seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Pengertian lain menyebutkan
bahwa, tujuan pembelajaran adalah pernyataan
mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta
didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994).
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang
hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur
sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu.
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya
perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajarantercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Nana Syaodih Sukmadinata (2002)
mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
- Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;
- Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
- Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;
- Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam pendekatan masalah khusus dalam
pembelajaran atau sering di kenal dengan istilah SME, mendeskripsikan bahwa
pendekatan ini akan menciptakan pembelajaran yang spesifik sesuai dengan
bidangnya. Pendekatan ini lebih mempertimbangkan apa yang harus dipelajari
tentang materi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa identifikasi tujuan
pembelajaran melalui pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran, mengandung
makna sebagai pengetahuan dan pengertian berdasarkan informasi yang diterima.
Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi pembelajaran. Pendekatan ini lebih menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari masalah yang di tampilkan, tapi sebuah asumsi menyatakan bahwa frekuensi akan mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam kelas unggul tetapi tidak belajar dengan tipe yang benar atau yidak sesuia dengan isi pembelajaran. Pendekatan ini sering terjadi jika ”tipe yang benar dan sesuai dengan isi pembelajaran” sesuai denga isi standar kurikulum dan bagan kerja, perangkat pembelajaran, pelatihan manual, dan lain sebagainya. Masalah pada pendekatan ini, harus sesuai dengan standar isi dimana tidak banyak yang sesuai atau tidak ada jalan keluar yang cukup mampu untuk organisasi atau kebutuhan sosial.
Tujuan khusus melalui pendekatan tugas akan valid jika melalui perencanaan yang tepat dan melalui latihan dengan petugas yang ahli dalam pelatihan tersebut atau jika pendesain pembelajaran dapat melatih pemahaman dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau mengubah tujuan pembelajaran setelah menemukan fakta. Pendekatan yang keempat yaitu pendekatan pada teknologi penampilan, dimana dalam tujuan pembelajaran disusun dalam menanggapi masalah atau kesempatan dalam sebuah struktur. Tidak ada pertimbangan atas gagasan sebelumnya dari apa yang harus dipelajari dari apa yang akan termasuk dalam tujuan pembelajaran atau dalam kenyataan adanya kebutuhan untuk semua pembelajaran. Pendesain terlibat dalam analisis pelaksanaan dan proses asesmen kebutuhan untuk mengidentifikasi masalah dengan tepat, dimana hal tersebut bukanlah tugas yang mudah
DAFTAR PUSTAKA
·
Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan:pengeratian, pengembangan,
dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.
0 Response to "KARAKTERISTIK SISWA ATAU ANAK USIA DINI DENGAN TUJUAN PEMBELAJARAN"
Post a Comment